Sejarah Desa

Kunir merupakan salah satu desa yang terletak di bagian lereng utara gunung Muria. Ada beberapa versi yang menyebutkan tentang sejarah keberadaan desa ini. Tetapi, dari sekian banyak versi dapat di tarik sebuah kesimpulan mengenai asal-muasal keberadaan desa Kunir. Alkisah datanglah seorang pelarian yang oleh masyarakat kunir kerap menyapa beliau dengan sebutan Mbah Moro. Mbah Moro memiliki nama asli Wasidin, dengan istri nya bernama Wasina. Nama Moro memiliki arti datang, maka istilah Moro sering dipakai karena beliau orang yang pertama kali datang di desa ini. Beliau sendiri bukanlah penduduk asli desa Kunir, melainkan pendatang yang menetap dan hingga akhir hayatnya beliau di makamkan di desa ini. Tidak diketahui secara pasti kapan Mbah Moro datang ke desa ini. Beliau merupakan pendiri desa Kunir, yang hingga kini masih di hormati dan keberadaan beliau pun menjadi salah satu rangkaian dari sedekah bumi yang setiap tahun dilakukan oleh masyarakat kunir, tepatnya pada Bulan Apit Senin Paing.
Terkait dengan kenapa desa ini di namakan desa Kunir, tokoh masyarakat desa ini menyebutkan bahwa dulu ada salah satu masyarakat pribumi yang tanpa sengaja terkena cipratan tanah yang warna nya menyerupai warna kunyit atau oleh masyarakat jawa menyebutnya dengan sebutan Kunir. Tanah tersebut sering digunakan untuk men-cat rumah, sehingga sebagian rumah warga pun berwarna kunir, itulah mengapa desa ini disebut dengan Desa Kunir. Sampai saat ini lokasi mengenai tanah yang dianggap sebagai asal muasal nama desa Kunir tersebut masih ada dan terletak tidak jauh dari Balai Desa, tepatnya dibawah tiang listrik depan Balai Desa yang jaraknya sekitar 200m.
Untuk mengungkapkan rasa syukur atas keberadaan desa ini setiap tahunnya dilaksanakan “Upacara Sedekah Bumi”, yang dilaksanakan Bulan Apit Senin Paing, dengan salah satu rangkaian acaranya ialah persembahan yang di berikan kepada Mbah Buyut Moro. Dalam upacara ini ada beberapa syarat yang harus dipatuhi, diantaranya ialah:
- Hari pelaksanaan harus dilaksanakan tepat pada bulan apit senin paing
- Seluruh penduduk desa kunir, dilarang untuk melakukan aktifitas bertani (mengolah tanah) atau hal yang berkaitan dengan kegiatan
- Persembahan berupa kambit gendit jantan, yaitu kambing hitam yang terdapat lingkaran putih pada Serta sepasang ayam putih (dari paruh hingga kaki harus berwarna putih)
- Persembahan di letakkan di belakang rumah petinggi desa. Hal ini di percaya sebagai persembahan untuk Harimau
- Upacara dilaksanakan berurutan, di mulai dari dayang yang tertua hingga yang termuda
Dari beberapa syarat tersebut tampak bahwa masyarakat Desa Kunir masih mempertahankan tradisi yang ada, serta tidak melupakan asal-muasal keberadaan desa mereka.
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin